Alhamdulillah…akhirnya kesampaian juga ngeroast biji kopi pake wajan walo harus dibayar dengan kliyengan, mual, mata berkunang-kunang dan udah mau tumbang aja karena kelamaan berdiri deket kompor. Hb belum normal rupanya, makanya berdiri 13 menit pun bisa sampe segitunya akibatnya.
Kemarin dibeliin green beans di pasar sama ibu. Seprapat kilo harganya Rp. 10.000,-. Pas kulihat jenisnya Robusta. Nevermind, buat belajar roasting aja kok. Yang diroast separohnya saja, pake api sedang dan wajan besi, pengaduknya pake enthong kayu, seketemunya ya cuman itu soalnya hehehe.
Tadi nggak nyatet pada menit keberapa mulai terjadi first crack, pake timer juga sih tapi lupa nyatet karena saking senengnya denger suara first crack. Aduk terus dan finally kompor dimatikan pada menit ke 13. Biji kopi sengaja diroast dengan level medium agar nggak pahit. Setelah itu beans dipindah ke wajan lain dan diaduk-aduk di area terbuka untuk menghentikan proses roasting yang masih berlangsung setelah api dimatikan. Harusnya sih dikipasi, tapi males aja nyari kipas.
Setelah itu proses cupping yaitu testing rasa. Liburan ini emang sengaja gak bawa alat tempur kopi karena emang lagi stop ngopi selama minum obat dari dokter. Terpaksa pake alat seadanya, biji kopi yang barusan diroast, digrind pake dry mill dan kopinya diseduh pake metode tubruk, tanpa gula karena penasaran dengan rasa hasil roasting sendiri.
“Kok gak sepiro pait? kok gak kecut? Kok gak ireng?” begitu komentar ibu yang mencicipi kopinya. Well, aku belum pernah merasai kopi Robusta dengan level roasting medium sebelumnya. Normally, kalo kopi Arabica yg biasa kukonsumsi, dengen level roasting medium biasanya memberi rasa asam dan tidak terlalu pahit. Tapi Robusta ini tanpa rasa asam sama sekali. Hm….harus mempelajari referensinya lagi nih…
***
Latepost from March 27, 2016
Dian Widyaningtyas