Martabak Belajaran

Aisyah pengen bikin martabak manis. Sesiangan dia nyari-nyari resep di internet. Habis isya dia eksekusi resepnya. Kocok-kocok, campur ini itu, lalu tuang ke pan teflon. Emaknya males ngeluarin pan besi karena adonannya cuman seporsi aja.

Martabaknya bantat. Nggak berpori seperti yang dijual orang. Emaknya sebenarnya tahu dimana letak salahnya. Tapi sengaja membiarkan dia asyik mengeksekusi resep sendiri. Biar ntar dia tahu bedanya. Setelah selesai, baru emaknya ngasih tahu salahnya dimana. Kalo nggak salah kan nggak belajar ya dek. Keep learning ya, sayang 😘😍

Sesaat setelah diiris-iris, martabak gagal itu langsung kami serbu sampai habis. Alhamdulillah walo bantat tetep aja enak di lidah kami 😘

***

Menikmati kebersamaan,

Night, December 22nd, 2018

Advertisement

Roti Goreng Cinta

“Mama, ini roti goreng buat mama” kata Fauzan sambil nyodorin dua potong roti ke mamanya yang lagi ceki-ceki WA Papyrus Book Store.

Rotinya dioles mentega dan dipanggang pake pan teflon lalu ditabur gula pasir dan coklat meses. Something simple but really sweet yang dilakukan anak cowok ke mamanya, tanpa diminta dan disuruh 😍.

“Dek Ozan pengen jual kek gini, Ma. Dimasaknya ditempat” obrolan kami pun berlanjut sambil menikmati roti goreng cinta.

***

Pagi yang cerah, December 23th, 2018

Sami’na Wa Atho’na

Adalah kucing tetangga yang nasibnya tak seberuntung kucing-kucing di rumah. Dulu, kucing itu diadopsi sepasang, jauh sebelum aku mendapat amanah sepasang kucing bengal. Lalu jantannya mati dimakan anjing tetangga sebelahnya. Setelah itu betinanya tak lagi terurus, berkeliaran kesana kemari mencari makanan sendiri, bertemu berbagai kucing garong yang kemudian membuatnya hamil berkali-kali. Anak-anaknya entah dimana rimbanya. Mungkin sudah pada berpindah alam. Kucing persimed hitam legam itu pun nasibnya tak beda dengan stray cat kebanyakan. Dulu sebelum kami punya kucing, beberapa kali aku memergoki anak-anak memasukkan kucing ini ke kamar mereka, untuk diajak main.

Setelah aku memelihara Chiro si kucing putih bermata biru, kucing hitam itu rajin menyambangi Chiro di kandangnya yang aku letakkan di teras depan. Akhirnya jadi sering datang ke rumah, sampai sekarang, walau Chiro sudah lama tiada.

Tiap kali mendengar suara motor atau mobilku yang baru datang dari bepergian, kucing hitam ini akan mengikuti. Begitu pintu pagar dibuka, dia akan berjalan menuju teras, dan dengan sabar menunggu hibahan makanan. Dia akan memakan apa aja, entah makanan yang masih crunchy yang baru aku ambil dari toples, atau yang sudah melempem sisa kucing di rumah yang keburu masuk kandang sebelum makanannya habis. Kalo aku atau anak-anak belum memberi makan, dia akan menunggu di teras dengan sabar sampai kami beri makan atau kami suruh pergi manakala kami sedang kehabisan cat food. Nggak banyak ulah pokoknya. Sayang pemiliknya nggak perhatian lagi sama kucing tersebut.
***

Early morning,

Medio December 2018