Suasana Hari Terakhir Pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

Hari ini, Selasa tanggal 31 Maret 2015 adalah hari terakhir pelaporan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, masih banyak saja Waib Pajak yang lebih memilih melaporkan SPT Tahunan pada detik-detik terakhir daripada jauh-jauh hari sebelumnya. Akibatnya sejak sehari yang lalu, saat kantor-kantor pelayanan pajak yang berada di komplek Jalan Jagir Wonokromo No. 104, yang terdiri dari KPP Pratama Surabaya Wonocolo, KPP Pratama Surabaya Rungkut, KPP Pratama Surabaya Karangpilang, KPP Pratama Surabaya Mulyorejo, KPP Madya Surabaya, dan Kantor Wilayah DJP Jatim I mengadakan drop box bareng di halaman depan komplek kantor, dengan mendirikan sebuah tenda yang lumayan besar, tenda tersebut dipenuhi Wajib Pajak.

Pagi tadi antrian para Wajib Pajak yang hendak menyampaikan SPT Tahunan sudah mengular di luar tenda saat aku memasuki halaman kantor pada jam 07.10 WIB. Hal ini disebabkan karena tenda belum dibuka mengingat jam layanan sudah ditentukan tepat jam 08.00 WIB. Namun begitu sudah ada beberapa Wajib Pajak yang sudah mulai kehilangan kesabaran ketika tim satgas SPT Tahunan turun pada jam layanan yang sudah ditentukan tersebut. Ah…selalu saja ada orang-orang yang bisa memicu kericuhan disaat-saat crowded seperti ini. Alhamdulillah hal tersebut tidak sampai memancing Wajib Pajak lain untuk ikutan hilang kesabaran. Mungkin orang-orang yang marah tersebut tidak tahu atau mungkin juga tidak mau tahu bahwa sebelum kami mulai duduk di kursi satgas penerimaan SPT Tahunan banyak hal-hal pendukung yang harus kami persiapkan sebelumnya demi suksesnya penerimaan SPT Tahunan.

Ok, kita lihat langsung laporan pandangan mata melalui sedikit foto yang sempat aku abadikan setelah aku selesai melaksanakan tugasku sebagai Peneliti SPT Tahunan PPh Orang Pribadi pada shift pagi, yaitu dari jam 08.00 WIB sampai dengan jam 11.30 WIB. Pictures tell many stories, don’t they?

Antrian Drob Box di Dalam Tenda

IMG_20150331_104254

IMG_20150331_104350

IMG_20150331_104547

IMG_20150331_104559

IMG_20150331_104639

IMG_20150331_104654

Antrian E-Filling di Dalam Gedung Kantor

IMG_20150331_104813

IMG_20150331_104837

IMG_20150331_104947

IMG_20150331_104956

Ada cara lebih mudah untuk menyampaikan pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi formulir 1770 S dan 1770 SS, yaitu dengan melalui e-filling. Wajib Pajak tinggal mendaftar di kantor-kantor palayanan pajak atau mendaftar sendiri melalui website http://www.pajak.go.id untuk mengaktifkan layanan tersebut. Selanjutnya Wajib Pajak bisa mengisi dan melaporkan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi formulir 1770 S dan 1770 SS dimana saja yang terdapat jaringan internet. Bahkan Wajib Pajak bisa melakukannya dengan memanfaatkan smartphone maupun tabletnya.

IMG_20150331_105029

IMG_20150331_104929

IMG_20150331_104858

Demikian laporan pandangan mata sampai dengan jam 13.00 WIB. Masih ada kesempatan beberapa jam kedepan bagi Wajib Pajak untuk menyampaikan laporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tahun pajak 20014. Sesuai surat edaran terbaru, batas waktu pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tahun pajak 2014 adalah pada hari ini tanggal 31 Maret 2015 sampai dengan jam 18.00 WIB (pengambilan nomor antrian). Manfaatkan waktu yang tinggal beberapa jam tersebut sebaik-baiknya.

***

Dian Widyaningtyas

Diantara crowdednya penerimaan SPT Tahunan, March 31th, 2015

Advertisement

Menggali Potensi dalam Keterbatasan

Membaca judul di atas jangan lantas dikaitkan dengan salah satu tugas Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak (aku adalah Account Representative pada sebuah Kantor Pelayanan Pajak di Surabaya). Jangan pula dikaitkan dengan isu pembagian kerja para Account Representative yang mungkin akan diberlakukan mulai 1 April 2015, yang mana Account Representative akan dibagi menjadi dua berdasarkan fungsinya yaitu Account Representative Penggalian Potensi dan Account Representative Konsultasi. Sungguh, tulisan ini tidak ada sangkut pautnya dengan semua itu.

Hari Selasa malam tanggal 16 Maret 2015, setelah tidur beberapa saat sepulang kantor, aku memutuskan untuk mengunjungi Giant. Ada beberapa barang yang kuperlukan dalam rangka kegiatan business day anak-anak di sekolah. Disamping itu ada beberapa kebutuhan dapur yang perlu kubeli. Aku lebih suka mengunjungi Giant pada saat malam hari dan diluar weekend karena suasananya lumayan sepi pengunjung.

Seperti biasa, aku menyisir hampir setiap sudut supermarket yang letaknya hanya sekitar lima menit dari rumahku. Walau daftar belanjaan sudah ada di kepala dan hanya perlu beberapa barang saja, tapi hati tak puas rasanya jika kaki ini belum menyisir inci demi inci lantai supermarket. Di salah satu space, di dekat rak-rak yang berisi sandal santai, terdapat rak yang menarik perhatianku karena pada kunjunganku sebelumnya rak itu tidak ada disana. Kupikir itu adalah item baru yang dijual oleh Giant. Setelah kudekati, ternyata itu adalah sebuah stand milik perkumpulan saudara-saudara kita yang menyandang tuna daksa. Mereka menjual aneka kerajinan berbahan kain. Ada mainan, dompet, tas mukena, tas jinjing, dan lain-lain.

IMG_20150317_201044

Fabric crafting

Mataku langsung berbinar-binar melihat benda-benda yang terbuat dari kain tersebut. Maklum saja, aku sangat menyukai kerajinan yang terbuat dari kain. Bagiku, kain tuh amazing banget, dia bisa dibuat untuk apa saja, dari baju sampai mainan. Diantara beberapa barang yang terbuat dari kain dan perca yang dipajang disana, aku menemukan benda berbentuk bulat yang didalamnya diisi dacron. Orang biasanya menyebutnya dengan pincushion yang berfungsi untuk menancapkan jarum pentul agar tidak tercecer dimana-mana saat kegiatan jahit menjahit. Aku membeli sebuah pincushion dengan motif bunga-bunga ceria berpadu dengan motif garis hijau putih yang segar seharga dua puluh ribu rupiah. Sebenarnya mudah sekali bikin pincushion, tapi aku salut dengan apa yang dilakukan oleh teman-teman kita yang menyandang tuna daksa tersebut.

Pincushion

Pincushion

Saat teman kita yang sedang jaga stand membuatkan nota untukku, aku melihat-lihat barang-barang lain yang dipajang di sana. Bagus-bagus, rapi dan kuat jahitannya. Orang tak akan percaya bahwa semua barang tersebut adalah buah karya dari teman-teman kita yang memiliki keterbatasan fisik.

fabric bags

fabric bags

Aku sudah hendak membayar pincushion ketika pandangan mataku tertumbuk pada sebuah tas di sudut rak bagian bawah. Tas tersebut berbahan blue jeans dengan tampilan yang sangat sederhana. Tapi justru karena modelnya yang sederhana itulah aku langsung tertarik. Tas tersebut merupakan jenis sling bag dengan model bag messanger atau ada juga yang menyebutnya Mr. Postman bag. Aku paling suka dengan model seperti itu. Aku bisa menyilangkannya di pundakku sementara tanganku bisa leluasa bergerak atau sekedar melenggang santai. Tas yang di dalamnya terdapat tempat untuk menyimpan netbook dan beberapa kantong tersebut harganya seratus tujuh puluh ribu rupiah. Harganya sangat rasional, bahkan cenderung sangat murah kalau menurutku.

My new sling bag

My new sling bag

Sebenarnya aku tidak begitu membutuhkan tas baru. Tapi melihat teman-teman penyandang tuna daksa, yang sudah bersusah payah menghasilkan benda-benda tersebut dalam segala keterbatasan fisik mereka, akhirnya aku memutuskan untuk membelinya. Bukan…ini bukan rasa kasihan kepada mereka. Tapi ini adalah rasa salut atas apa yang sudah mereka lakukan. Bisa saja mereka turun ke jalan dan menengadahkan tangan-tangan mereka untuk memohon belas kasihan orang lain. Tapi mereka masih punya harga diri, sebab itulah mereka lebih memilih untuk melakukan hal yang lebih mulia yaitu menjual kerajinan tangan. Kepada orang-orang semacam inilah kita pantas mengacungkan dua jempol kita. Salut !!!

***

Dian Widyaningtyas

late at night, alone but not lonely

Saturday, March 21st, 2015

Irresponsible People

So many irresponsible people along the way this morning. Ada pengendara motor yg berhenti di depanku, sementara pengendara mobil dari arah berlawanan juga berhenti di titik yang sama. Pengendara motor turun menghampiri pengendara mobil, entah apa yg mereka bicarakan. Yang jelas di jalan yang sempit itu mobilku stuck nggak bisa jalan gara-gara ulah mereka. Saat kunyalakan klakson, eh pengendara mobil menyuruhku untuk sabar. Jadi orang lain disuruh sabar sedangkan mereka nggak kira-kira menggunakan jalan. How selfish you are, Sir !

IMG_20150225_065800

What a morning…

Di jalan lain yang tak kalah sempitnya, ditambah lagi di depan ada bottle neck sehingga mobil kami harus gantian jalan, eh ada pengendara motor yang nekat nyalip dan disaat yg sama, mobil dari arah berlawanan sudah berhasil keluar dari bottle neck disusul beberapa mobil lain. Tapi mobil-mobil dari arah berlawanan itu terpaksa stuck gara-gara ulah pengendara motor yang nekat nyalip dan menuhi jalan. Maklum, mobil paling depan dari arah berlawanan tadi mobil fortuner yang tentu saja membutuhkan space lebih lebar dibanding mobil lain. Kalao yang paling depan stuck, otomatis mobil yang posisinya masih di bottle neck nggak bisa keluar dan akibatnya mobil dari arahku juga nggak bisa maju. Stuck deh sekian menit. Hadeh….gara-gara ulah satu pengendara motor, merugikan banyak orang.

Di sepanjang jalan Wisma Tropodo yang sangat lebar tapi dipenuhi oleh penjual makanan di kiri-kanan jalan yang mengakibatkan jalanan tersebut menjadi sempit, ada seorang ibu yang menghentikan mobil seenaknya sendiri. Mobilnya kurang menepi sehingga mobil-mobil lain baik dari arahku maupun mobil-mobil di belakang dia nggak bisa jalan. What’s on her mind sih? Kok bisa-bisanya dia parkir seenak udelnya sendiri tanpa memperhitungkan apakah mobil lain terhalang atau enggak. Jangan-jangan ibu itu nggak punya udel hehehe.

Ya sudahlah, inilah negeriku tercinta Indonesia Raya. So many irresponsible people along the way. Dinikmati saja, dan direlakan sekian puluh ribu yang melayang gara-gara telat ngantor setelah berjibaku dengan kekacauan pagi tadi. Alhanmdulillah masih bisa kunikmati pagi yang cerah ini dengan bercengkerama dengan anak-anak saat aku mengantar mereka ke sekolah. Alhamdulillah kumasih diberi kesempatan untuk jalani hidup ini. Itu artinya aku diberi kesempatan untuk berbuat lebih baik dari kemarin. Alhamdulillah….

***

Dian Widyaningtyas

Almost lunch time, Tuesday, March 17th, 2015