Turkish Coffee atau kalo di negara asalnya namanya kahve…. Ada yang pernah dengar?
Sudah lama pengen bikin kopi a la Turki, tapi terkendala pada gearnya. Aku belum punya alat seduh yang dikenal dengan sebutan Ibrik yaitu sebuah panci mungil bergagang tunggal yang terbuat dari bahan kuningan. Biasanya berhiaskan ornamen khas Turki pada body pancinya. Ibrik harganya lumayan mahal untuk sebuah benda berukuran imut. Makanya selalu maju mundur kalo mau beli coffee gear yang satu ini. Beberapa hari lalu pas ngelayap ke toko barang pecah belah nemu panci stainless steel yang modelnya menyerupai si Ibrik. Judul di barcodenya sih panci susu, tapi gak papa deh kupake buat menggantikan tugas Ibrik bikin Turkish Coffee.

Ibrik

Turkish Coffe

Turkish Coffee

Turkish Coffee

Blooming
Bahan Turkish Coffee nggak beda dengan kopi bikinan mbah-mbah kita dulu yaitu kopi bubuk, gula, dan air. Bedanya Turkish Coffee nggak pake air panas, melainkan air biasa. Jadi kopi plus gula dimasukkan ke Ibrik, tuangi air, lalu panaskan Ibriknya diatas kompor dengan api kecil. Level grind yang dipake lebih halus daripada kopi yang dipake pada pembuatan espresso. The finest ground, in fact. Sampai powdery gitu. Since I doubted if my coffee grinder could do that job, so I used coffee ground from excelso. Dan sudah bisa ditebak I didn’t get crema on my kahve, udah nggak fresh lagi kopi bubuknya. Rasio yang dipake 8 gram kopi, 16 gram gula, dan 130 gram air. Saat air mulai mendidih aduk agar kopi dan gula tercampur. Ketika air mulai meluap naik, jauhkan dari api, begitu terus sampai tiga atau empat kali. Hal ini bertujuan agar kopi tidak meluber, disamping itu menjaga agar kahve nggak over heated sehingga menghasilkan burnt taste yang bisa merusak rasa kopi. Kopi yang dihasilkan rasanya pahit manis dan kental. Tapi walaupun kopi yang dihasilkan kental, it wasn’t strong kahve…

Kahve
***
Latepost from February 14, 2016
Dian Widyaningtyas