A Wish for 2021

Jika ditanya apa yang paling kuinginkan di tahun 2021 ini? inginku sederhana saja. Mengingat kurun waktu 2019-2020 adalah kondisi terburuk kesehatanku, terutama tahun 2019 dimana aku harus menjalani rawat inap di rumah sakit sampai dua kali, aku hanya ingin sehat. Sehat juga buat anak-anak.

Sehat terus ya, girls

Then aku juga ingin makin bahagia bersama orang-orang yang kusayangi. Apa sih yang kita inginkan selain nikmat sehat dan kebahagiaan? I’ve been so happy since someone has came to my life. I wish this happiness will last forever.

Sehat terus ya, boys

And….mulai tahun 2021 ini pengen rajin ngeblog lagi. Kegiatan yang begitu sangat kusenangi dulu. dan menjadi tersisi karena kesibukan lain. Padahal dulu itu writing for healing. berasa ada yang kurang sejak nggak rajin ngeblog. Mungkin karena aku kehilangan sisi healing tadi.

Semoga…

***

Januari 1st, 2021, almost mid night when we still have conversation

Advertisement

Bahagia dari Sudut Pandang yang Berbeda

Ada beberapa kejadian akhir-akhir ini yang membuatku merenungi kembali arti kata bahagia. Bahagia bisa jadi merupakan suatu hal yang dicari banyak orang. Tapi tak banyak yang tahu kemana, dimana, dan pada apa terletak bahagia, walau itu untuk diri sendiri sekalipun, apalagi bahagianya orang lain di sekitar kita.

Taken from psychconnection.worspress.com

Taken from psychconnection.worspress.com

Aku pernah berpikir bahwa bahagianya anak-anak adalah ketika aku bisa memenuhi semua keinginan mereka. Memberikan fasilitas terbaik untuk mereka sehingga mereka nyaman. Ternyata bahagia bagi sulung adalah manakala aku memberikan kepercayaan dan kebebasan terbatas padanya untuk melakukan beberapa aktifitas bersama teman-temannya. Bahagia bagi anakku yang nomor dua adalah manakala aku memberinya waktu untuk menikmati dunianya yang seluas kamar dengan serakan buku dimana-mana. Bahagia bagi anakku yang nomor tiga adalah manakala aku memeluknya dan memberikan perhatian penuh seolah-olah dia adalah anakku satu-satunya. Dan bahagia bagi bungsu adalah manakala aku membiarkannya berjumpalitan di atas kasur, berlarian kesana kemari di dalam rumah, dan bercanda lepas dengan kakak-kakaknya.

Aku pernah berpikir bahwa bahagianya orang tua adalah ketika mereka bisa duduk-duduk santai berpangku tangan dengan semua kebutuhan sudah terpenuhi olehku. Nyatanya bahagia mereka adalah ketika mereka bisa menyajikan masakan buat cucu-cucunya. Bahagia mereka adalah manakala aku berbagi suka dan duka bersama mereka. Bahagia mereka adalah manakala mereka merasa dibutuhkan oleh aku dan anak-anak.

Makna bahagia, tidak bisa hanya dilihat dari sudut pandangku sendiri. Terlebih jika aku ingin membuat orang lain bahagia, maka aku harus bisa melihat makna bahagia dari sudut pandang dia, bukan sudut pandangku semata.

***

Dian Widyaningtyas

Just thinking about happiness….

Coffe break, Monday, Febuary 23th, 2015