Berada di kampung halaman rasanya ritme kehidupan melambat dan aku lebih bisa menikmati tiap detik yang berlalu. Everything is slow motion mode on gitu lah. Dan satu hal yang biasanya kulakan adalah menikmati hal-hal yang tidak bisa tiap hari kutemukan di dalam keseharianku.
Aku sedang berada di halaman belakang dan memperhatikan beberapa induk ayam beserta anak-anaknya ketika anakku nyelutuk “Mama kenapa sih ngelihatin ayam terus?” Hehehe aku juga nggak tahu kenapa tiba-tiba mataku terpaku pada induk ayam dan anak-anaknya. Pemandangan yang biasa banget sebenarnya. Nothing’s special about that. Tapi manakala kita memperhatikannya dengan pikiran dan hati yang tenang, pemandangan yang luar biasa tersebut menjadi luar biasa dan penuh makna.
Sedari tadi kuperhatikan induk-induk ayam tersebut mematuk-matuk sesuatu di tanah sambil memberi isyarat suara kepada anak-anaknya. Seolah dia memanggil anak-anaknya untuk mendekat. Dan tiap kali induk ayam melakukan hal tersebut, anak-anaknya langsung berloncatan mendekat dan melakukan hal yang sama. Induk ayam tersebut menemukan makanan rupanya, dan dia memanggil anak-anaknya untuk mendekat dan memakan makanan tersebut. Bagaimana dengan dia sendiri? Dia hanya mematuknya dan memastikan bahwa itu beneran makanan yang bisa dikonsumsi anak-anaknya sedangkan dia sendiri tidak ikut memakannya.
Ketika aku mendekat dan berniat mengabadikan momen tersebut langsung saja induk ayam gusar bukan kepalang. Bulu-bulunya menjadi berdiri dan sayapnya mengembang. Isyarat suaranya seolah memberi perintah kepada anak-anaknya untuk mundur menjauhiku, sedangkan dia bersikap antara defense dan berada pada tempatnya semula untuk melindungi anak-anaknya atau maju untuk menyerangku jika aku masih nekat mendekati mereka lebih dekat lagi. Tentu saja aku urung mendekat. Aku nggak ingin membuat ayam-ayam tersebut ketakutan. Sejatinya aku juga takut mendekati mereka lebih dekat lagi. Takut dipatuk induknya lah. Katanya dipatuk induk ayam tuh sakit hehehe.
Setelah anak-anak ayam tersebut kenyang, gantian induk ayam yang mengais-ngais tanah untuk mencari makanan. Itupun masih saja dia memberi isyarat kepada anak-anaknya. Tapi anak-anaknya tidak tertarik lagi untuk makan. Mereka hanya bermain-main bekejaran dengan saudaranya. Sesekali salah satu diantara mereka meloncat naik pada punggung induknya yang sedang asyik mengais makanan. Lucu sekali memperhatikan tingkah pola anak-anak ayam tersebut.
Ketika senja menjelang, induk ayam mencari tempat untuk dia dan anak-anaknya tidur. Aku tidak tahu apakah biasanya mereka memang tidur disitu atau berpindah-pindah tempat. Yang jelas induk ayam tersebut memilih tempat dibawah kandang ayam lain yang sedang mengerami telur-telurnya. Lalu anak-anaknya satu persatu mendekat dan menyelusup dibalik sayap induknya, tempat yang hangat, nyaman dan aman untuk melewatkan malam yang dingin dan mungkin saja berbahaya buat mereka.
Basic instinc, begitu aku menyebut tingkah laku induk ayam. Semua induk ayam akan melakukan hal yang sama. Semua induk mahluk hidup punya insting yang sama. Insting untuk mencukupi kebutuhan, memberi kasih sayang dan perlindungan kepada anak-anaknya. Ada rasa jengah ketika mengingat adegan dimana induk ayam membiarkan anaknya asyik bermain dipunggungnya saat dia mencari makan. Sedangkan diri ini kadang merasa sangat terganggu dengan aktifitas anak-anak yang rasanya mengusik keasyikan kita. Entah saat kita asyik membaca, asyik dengan gadget, asyik berbelanja, asyik ngobrol dengan teman dan aktifitas-aktifitas lainnya. Ah…rasanya basic instict kita sebagai seorang ibu sudah mulai luntur dikalahkan oleh egoisme kita sebagai manusia. Maka ada baiknya kita belajar tentang filosofi induk ayam dan mengembalikan basic instict kita sebagai seorang ibu.
***
Dian Widyaningtyas
Mencari kedamaian di kampung halaman
Saturday night, October 10th, 2015