Bercerita sebenarnya adalah suatu hal yang menyenangkan. Tapi ada kalanya cerita tersebut adalah cerita yang bisa membuka luka lama. Ceritaku tentang perjalananku dan anak-anak ke Kalimantan Selatan pada bulan Agustus lalu, yang kutulis secara berseri adalah salah satunya. Masih banyak episode yang ingin kutuangkan dalam tulisan dan kuupload di blog pribadiku yang berkaitan dengan perjalananku tersebut.
Bagi orang lain mungkin itu adalah cerita biasa.Tapi tidak bagi penulisnya. Menulis cerita tersebut nyatanya melibatkan semua emosi yang ada. Tak jarang aku menuliskannya dengan mata berkaca-kaca. Itulah kenapa cerita itu belum usai. Mungkin saja cerita itu tak akan pernah usai kuceritakan. Berminggu-minggu setelah kutulis cerita itu, aku masih saja mencoba menghalau rasa sedih yang menyeruak dari dasar hati. Pun kucoba tenggelam dalam kesibukan lain. Tapi ketika kubuka deretan foto-foto yang kuabadikan di sana, agar bisa kutuangkan dalam tulisan, detik itu juga rasa sedih hadir lagi. Dan karena aku tidak mau larut dalam kesedihan maka foto-foto itu akhirnya kumasukkan dalam sebuah folder agar tak kubuka tanpa sengaja. Foto-foto itu terlalu sedih untuk dikenang namun terlalu indah untuk dilupakan.
Ternyata menceritakan kembali hal-hal yang berhubungan dengan luka hati, membutuhkan ketegaran lebih dari yang aku kira sebelumnya. Tapi sebagai bagian dari perjalanan hidupku yang kelak akan dibaca anak-anak, aku harus menyelesaikan cerita yang belum usai tersebut, entah esok atau lusa atau ketika tahun telah berganti.
***
Dian Widyaningtyas for Journey of My Life
Blue as the cloth I’m wearing today…..
At SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo waiting for my daughter doing her math competition.
Sunday, December 21st, 2014