Sami’na Wa Atho’na

Adalah kucing tetangga yang nasibnya tak seberuntung kucing-kucing di rumah. Dulu, kucing itu diadopsi sepasang, jauh sebelum aku mendapat amanah sepasang kucing bengal. Lalu jantannya mati dimakan anjing tetangga sebelahnya. Setelah itu betinanya tak lagi terurus, berkeliaran kesana kemari mencari makanan sendiri, bertemu berbagai kucing garong yang kemudian membuatnya hamil berkali-kali. Anak-anaknya entah dimana rimbanya. Mungkin sudah pada berpindah alam. Kucing persimed hitam legam itu pun nasibnya tak beda dengan stray cat kebanyakan. Dulu sebelum kami punya kucing, beberapa kali aku memergoki anak-anak memasukkan kucing ini ke kamar mereka, untuk diajak main.

Setelah aku memelihara Chiro si kucing putih bermata biru, kucing hitam itu rajin menyambangi Chiro di kandangnya yang aku letakkan di teras depan. Akhirnya jadi sering datang ke rumah, sampai sekarang, walau Chiro sudah lama tiada.

Tiap kali mendengar suara motor atau mobilku yang baru datang dari bepergian, kucing hitam ini akan mengikuti. Begitu pintu pagar dibuka, dia akan berjalan menuju teras, dan dengan sabar menunggu hibahan makanan. Dia akan memakan apa aja, entah makanan yang masih crunchy yang baru aku ambil dari toples, atau yang sudah melempem sisa kucing di rumah yang keburu masuk kandang sebelum makanannya habis. Kalo aku atau anak-anak belum memberi makan, dia akan menunggu di teras dengan sabar sampai kami beri makan atau kami suruh pergi manakala kami sedang kehabisan cat food. Nggak banyak ulah pokoknya. Sayang pemiliknya nggak perhatian lagi sama kucing tersebut.
***

Early morning,

Medio December 2018

Advertisement