Semakin kesini, semakin banyak saja perubahan yang terjadi pada instansi tempatku bekerja dan mengabdikan diriku selama dua puluh tahun ini. Perubahan ke arah yang lebih baik tentunya. Aku bangga bisa menyaksikan semua perubahan tersebut. Aku bangga bisa menjadi saksi hidup atas perubahan dan perbaikan pada instansiku. Walau masih banyak pihak yang lebih suka nyinyir kepada instansiku, aku tak akan memfokuskan perhatianku pada hal-hal semacam itu yang hanya akan menimbulkan efek psikologis negatif pada diriku. I would rather keep the toxic things away from my mind.
Setelah beberapa bulan lalu instansi mengharuskan aku memilih lima kota tujuan mutasi, yang mana pilihan tersebut membuatku berpikir keras untuk menentukan pilihan, beberapa waktu lalu kantor juga menyodoriku dua pilihan terkait dengan jabatanku sebagai seorang Account Representatives. Sebenarnya tidak benar jika aku menyebutnya sebagai jabatan, karena secara struktural statusku adalah pelaksana dan tidak memiliki jabatan struktural. Dua pilihan tersebut terkait dengan akan dibaginya Account Representatives menjadi dua fungsi yaitu Account Representatives Konsultasi dan Account Representatives Penggalian Potensi. Karena itulah pihak kantor memberikan kesempatan kepada kami para Account Representatives untuk memilih satu dari dua fungsi tersebut yang sekiranya sesuai dengan hati nurani kami. Tujuannya tentu saja agar nantinya kami menjalankan tugas tersebut tanpa merasa tertekan dan terpaksa mengingat kedepan beban yang diletakkan di pundak kami semakin berat.
Menentukan satu pilihan dari dua pilihan yang tersedia ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Kami harus meminta waktu sehari untuk memikirkannya. Menjadi Account Representatives Penggalian Potensi bukanlah pilihan yang gampang untuk dilaksanakan mengingat trilyunan target penerimaan dan punishment yang menanti manakala kami tidak berhasil mencapai target tersebut. Tapi menjadi Account Representatives Konsultasi pada kantor yang memiliki jumlah Wajib Pajak lebih dari delapan puluh ribu dengan kekuatan personel dibawah sepuluh orang Account Representatives, tentu saja membuat seorang Account Representatives berpikir ulang jika ingin memilih tugas tersebut.
Bingung. Itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan reaksiku saat disodori dua pilihan tersebut. Semua sama-sama tugas berat. Ketika aku meminta waktu untuk berpikir sebelum menentukan pilihan, aku menghabiskan waktu semalaman untuk merenungi semua itu. Walau tugas berat, tak selayaknya dihindari. Apapun resikonya, semua harus dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab. Apakah para pejabat eselon bisa memilih untuk ditugaskan dan ditempatkan? Tentu saja tidak. Mereka harus siap ditugaskan dan ditempatkan dimana saja di seluruh Indonesia Raya, sesuai komitmen yang sudah mereka buat dulu. Komitmen yang sama yang sudah pernah kubuat juga dengan sesadar-sadarnya ketika aku memutuskan untuk bekerja pada instansiku. Lalu tentu saja tak selayaknya aku memilih tugas apa yang ingin aku kerjakan dan tugas mana yang tak ingin aku laksanakan. Ini bukan soal bisa menentukan pilihan atau tidak. Tapi ini adalah soal pengabdian. Tak sepantasnya aku menjadi pemilih karena aku adalah seorang abdi negara. Seorang abdi sudah selayaknya siap menjalankan semua tugas yang diberikan padanya.
Maka menjelang pagi itu, aku sudah membulatkan tekadku. Aku memilih untuk tidak memilih. Dan aku menulis pada lembaran polling tersebut “Saya bersedia menjalankan apapun tugas yang diberikan kepada saya, dan segala konsekuensinya, dengan penuh rasa tanggung jawab” Bismillah, semoga Allah senantiasa memberkahi setiap langkah kaki ini dalam melaksanakan tugas negara. Aamiin…
***
Dian Widyaningtyas
Beginning of the day
Monday, March 22nd, 2015