Raja Jalanan

Terakhir kali aku melakukan perjalanan keluar kota dengan mengendarai mobil sendiri adalah lebaran Idul Fitri bulan Agustus yang lalu. Waktu itu kondisi jalanan tidak terlalu ramai, baik saat mudik maupun saat balik karena pemilihan waktu yang tepat. Tidak ada yang aneh dengan kondisi jalan dan lalu lintas berbagai kendaraan yang ada. Pun ketika hari Jumat malam, dua hari yang lalu waktu aku kembali mudik ke Jombang. Jalanan banyak dipenuhi truk-truk besar sarat muatan. Maklum saja, hari sudah malam, giliran mereka yang keluar dari gudang dan melakukan distribusi berbagai barang. Itu saja, selebihnya semua biasa saja.

On the road....

On the road…

Tapi Sabtu malam saat anak-anak merengek minta jalan-jalan, rasanya ada yang aneh. Beberapa kali aku berpapasan dengan serombongan kecil pengendara roda dua yang salah satu dari mereka memegang light saber pendek berwarna merah. Sambil mengayun-ayunkan light saber, dia dengan paksa minta jalan dan diikuti pengendara motor di belakangnya. Saat kembali dari jalan-jalan itu, aku mengalami sendiri, terjebak diantara serombongan pengendara roda dua yang dari arah belakang berusaha menyalip mobilku dari kiri dan kanan dengan agresifnya. Tak ada jalan lain, aku harus mengalah dengan mereka. Ngeri aja kalau aku bersikeras tidak mau menurunkan kecepatan dan membiarkan mereka jalan duluan, kalau terjadi apa-apa, pasti korbannya tidak hanya satu pengendara motor, bisa jadi serombongan itu kena semua karena mereka bergerombol gitu memenuhi jalanan.
Rupanya gelar Raja Jalanan sekarang sudah bergeser ke rombongan kecil pengendara motor seperti itu. Terus terang aku lebih takut menghadapi mereka daripada menghadapi bus-bus luar kota dalam propinsi yang biasanya ugal-ugalan itu. Malah pas perjalanan mudik kemarin, beberapa bus dengan sabar membiarkan aku melaju tanpa ada keinginan sopir bus tersebut untuk menyalip atau sekedar membunyikan klakson sebagai tanda untuk menyuruhku minggir. Aku saja yang notabene suka ngebut kalau di jalanan, ngeri melihat kenekatan rombongan pengendara motor seperti itu. Kalau ada apa-apa pasti yang disalahkan adalah yang gede (pengendara mobil), bukan mereka. Mungkin karena itu mereka merasa mendapat angin dan meliuk-liuk seenaknya di jalanan. Ya sudahlah…sing waras ngalah.
***
Dian Widyaningtyas
Home sweet home,
Sunday night, October 11th, 2015

One thought on “Raja Jalanan

Leave a comment